Catatan ini diposting bukan sebagai ungkapan kecemburuan terhadap penyelenggaraan orientasi penerimaan mahasiswa baru disetiap perguruan tinggi, akan tetapi sebuah bentuk keprihatinan saja terhadap melencengnya tujuan dan maksud penyelenggaraan orientasi itu sendiri.
Kita semua tahu, hampir di seluruh kampus di Indonesia setiap tahun akademik baru di warnai dengan ritual tahunan bernama OSPEK atau nama lain yang sejenisnya. Ritual tahunan yang konon katanya sebagai kegiatan untuk mengenalkan mahasiswa baru terhadap kampus tercinta dari tahun ke tahun penyelenggaraannya semakin nyeleneh aja. Lebih banyak di warnai aksi “mempermainkan” mahasiswa baru dengan hal-hal aneh oleh kakak senior. Alasannya sich, untuk membina mental mereka.
Udah jadi rahasia umum, OSPEK hanya di jadikan ajang cari tampang alias tebar pesona senior ke yunior ( walaupun gak semuanya). Banyak Maba di “paksa” bikin surat cinta ke senior, plus acara “penembakan” di depan umum pula. Tak heran banyak senior yang mengincar dan menargetkan adik yunior mana yang akan di pacari selanjutnya. Bahkan setelah berakhirnya OSPEK, banyak yang jadian.
OSPEK juga identik dengan “ngerjain” alias ngejahilin para yunior. Dengan berbagai macam dandanan aneh bin nyeleneh yang bikin orang malu abiz. Mulai dari berpakaian compang camping seperti gembel dadakan, telur mata sapi melirik, dan beberapa permintaan aneh yang harus di turuti setiap harinya. Alasannya supaya Maba makin kreatif dan momen seperti ini gak mudah terlupakan. Gak masuk akal kan…apa kagak ada cara lain lagi?
OSPEK juga identik dengan kekerasan, penyiksaan, balas dendam kakak kelas. Dah gitu mereka bikin acara bentak-bentak atau marah dengan prinsip “ Pasal Satu : SENIOR GAK PERNAH SALAH, Pasal Dua : JIKA SENIOR SALAH, KEMBALI KE PASAL SATU” ( He…he…bego banget kan). Dengan bentak-bentakan, mereka menganggap bisa merubah mental “tempe” atau “krupuk” si yunior jadi mental “baja”. Bahkan main kekerasan turut mewarnai demi menunjukkan hegemoni kakak senior. Kan hal kayak gini sempet terjadi di salah satu kampus. Sang Maba bukannya masuk skul, ehh..malah masuk kubur!!! . mau tidak mau, mahasiswa baru lain terpaksa bungkam karena takut kena marah.
Bagaimana sistem pendidikan di indonesia mau baik, lha wong mahasiswa-nya sendiri pun masih menerapkan cara-cara kuno. Mahasiswa teriak-teriak demo sana demo sini menuntut sistem pendidikan, pendidikan murah, dsb, tapi sungguh sangat ironis, mahasiswa sendiri tidak konsekuen.
1. OSPEK hanya melestarikan budaya feodal dengan mewajibkan para peserta untuk menghormati paksa senior dan menuruti segala kehendak senior. Hanya terkesan memuaskan para senior yang 'sok gila kuasa' dan menganggap rendah status mahasiswa baru tak lebih sebagai budaknya.
2. Pelaksanaan OSPEK selama ini yang bermaksud menanamkan kedisiplinan dengan hukuman dan bentakan hanyalah sebuah bentuk militerisasi dalam kampus. Ini adalah bentuk KEMUNAFIKAN mahasiswa yang katanya anti militerisme dalam kampus tetapi malah melestarikan militerisme dari waktu ke waktu.
3. Penanaman nilai-nilai baru dalam waktu yang singkat dan dalam tekanan adalah sangat TIDAK EFEKTIF ditinjau dari faktor psikologi. Mahasiswa yang tidak tidur ataupun kelelahan karena mengerjakan setumpuk tugas tidak memiliki kesiapan maksimal untuk menerima informasi baru.
4. Pembuatan aneka atribut yang aneh-aneh merupakan suatu pemborosan uang dan waktu semata, tak sebanding dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam serangkaian aneka atribut tersebut.
5. Thorndike, seorang ahli psikologi pembelajaran menyatakan bahwa hukuman tidak efektif untuk meniadakan suatu perilaku tertentu. Begitu halnya dengan hukuman dan sanksi pada OSPEK tidak akan efektif membuat seorang mahasiswa untuk menghilangkan perilaku-perilaku buruknya.
6. Kekuasaaan sangat dekat dengan kekerasan, maka tak heran jika panitia yang memiliki wewenang dan derajat lebih tinggi dari mahasiswa baru akan melakukan kekerasan baik fisik maupun psikis kepada mahasiswa baru.
7. Tak dapat dipungkiri bahwa terkadang OSPEK merupakan sarana balas dendam bagi senior atas perlakuan kakak kelas yang mereka alami pada waktu dulu. Rasa dendam akan selalu muncul dalam segala perlakuan yang menyakitkan, namun berhubung OSPEK adalah sesuatu yang dilegalkan sehingga kesempatan membalas hanya mungkin dilakukan pada OSPEK tahun berikutnya.
8. OSPEK memang terbukti mengakrabkan para mahasiswa, namun proses keakraban pada mahasiswa akan terjadi dengan sendirinya ketika mahasiswa mulai beraktivitas dalam kampus tanpa perlu dipaksakan dalam suatu penderitaan.
9. Setiap orang memiliki kerentanan psikologis yang berbeda-beda, sehingga hukuman yang serampangan ataupun perlakuan yang menekan mental pada OSPEK dapat menimbulkan suatu TRAUMA PSIKOLOGIS tersendiri bagi beberapa orang. Trauma ini pada akhirnya akan menimbulkan abnormalitas kejiwaan seseorang.
10. Kenangan dalam OSPEK hanya menciptakan romantisme tertentu ketika diceritakan beberapa waktu setelah OSPEK, namun tentunya setiap orang tidak ingin mengalami OSPEK untuk beberapa kali lagi. Ini merupakan bukti bahwa setiap orang tidak menginginkan OSPEK terjadi lagi dalam hidup mereka. *Coba tanyakan juga pada maha...
0 komentar:
Posting Komentar